Perkenalkan namaku Arya Dwi Panco,
saat ini genap usiaku 38th. Yahh... benar aku memang sudah ber-istri , dan
sudah dikaruniai 2 orang putri yang cantik-cantik. kini usia istriku 31 tahun,
masih.muda memang karena memang aku dan istriku terpaut 7 tahun umur usia kami.
istriku
bernama yayu kusuma astuti, berwajah cantik, berkulit putih, dan yang paling
membuatku selalu konak adalah bentuk tubuh yang aduhai bagai gitar spanyol yang
pastinya dapat membuat setiap mata laki-laki melotot dan dapat dipastikan lagi
mereka akan berhayal sedang menyetubuhinya.
Ini
adalah kisah nyata yang kualami dalam kehidupan rumah tanggaku, keluarga kecil
yang bahagia…, yahh bahagia walaupun ada satu kebahagiaan yang tak nyata. Yayu
istriku menyembunyikan sesuatu dariku, aku tau ia tak pernah lagi merasakan
kepuasan dalam kehidupan ranjang kami.
Semua berawal setelah ia melahirkan dua putri kami yang cantik-cantik sehingga mengakibatkan kemaluannya sedikit menjadi cacat, akibat melahirkan secara normal lubang memeknya kini menjadi lebih lebar dan bahkan beberapa saraf peka dalam memeknya menjadi putus sehingga mengurangi kenikmatan dalam persenggamaan.
Namun walaupun begitu ia tak pernah mempermasalahkan hal itu, mungkin karena ia sadar bahwa kini dirinya tak lagi se-sempurna dulu, dan mampu mendapatkan kenikmatan lebih, Yang penting baginya hanyalah kepuasan untukku. Sungguh aku sangat menyayanginya melebihi diriku karena sikapnya itu.
Padahal kalau mau dipersalahkan seharusnya akulah yang bersalah dalam hal ini, aku yang hanya memiliki ukuran kontol yang sangat standard dengan panjang 12cm dan diameter 3cm mana mungkin mampu memberikan kenikmatan pada istriku. Sungguh aku sangat kagum dengan sikapnya itu, ia ikhlas menerima kekuranganku itu.
Suatu hari saat setelah kami bersetubuh aku bertanya kepadanya, “ bagaimana saying… puas?” tanyaku padanya.
“ Puas ayah… terima kasih”, Jawab istriku. Sedih bercampur bangga aku mendengar jawabannya. Sedih karena aku tak mampu memberikan kenikmatan padanya, namun bangga karena ia mampu menyembunyikan perasaannya karena tak mau menyinggungku. Aku tau itu…. Aku tau ia belum lagi merasakan kenikmatan persenggamaan yang sebenarnya. Karena berbeda sekali dengan yang kulihat pada istriku ketika aku menggunakan alat bantu seperti kondom silicon, alat sejenis sex toys. Dengan alat itu aku mampu menambah panjang ukuran kontolku menjadi 2cm lebih panjang serta diameter bertambah menjadi 4cm. “ akhhh…. Oukhh… iyaa ayyahh… ouch”, desah istriku saat kulakukan sodokan mantap batang kontolku yang berkondom silicon pada lubang memeknya. “ Aakkhhh…. Mentok ayah…. Ennakk… Ouchh..”, tanpa sadar desahnya terdengar ditelingaku. Aku bangga saat itu… bangga karena mampu melihat istriku kelojotan dalam nikmatnya, walaupun aku tak merasakan gesekan nikmat pada batang kontolku.
Namun miris dalam hatiku, karena hanya mampu memberikan kenikmatan palsu, kenikmatan yang tak mampu kuciptakan sendiri. “ iyahh sayang…. Nikmatin sayang…. Ouch nikmati….”, kubisikkan ditelinganya seiring sodokan-sodokan batang kontolku dengan mantap pada kemaluannya. “ AAkkhhh…. Ayahhhh….. akku keluar … akkhhh…”, jeritnya. Kurasakan kemaluannya semakin menjepit menjelang orgasmenya, walaupun jepitannya tak sekuat dulu namun masih dapat kurasakan karena lubang memeknya menjadi sedikit lebih sesak oleh kondom yang kupakai. “ Ayahhhh….. OOukhhhh……”, Teriaknya saat orgasme menjelang. Aku sambut orgasmenya dengan hujaman keras pada kemaluannya dan kutekan hingga pinggul kami semakin rapat. Crottt…. Croott…. Croottt…. Maninya menyembur dengan dahsyat dan menambah becek lubang kemaluannya. “ Puass sayang..?”, tanyaku pada istriku. “ Hmmm…. Makasih ayah…”, jawabnya tersenyum dan mengecup keningku lembut. “ Ayah belum Keluar…?”, Tanya istriku. “ OK… sekarang giliran ayah yahh”, ujarku sambil menarik kemaluanku dari lubang memeknya. Becek sekali memeknya dengan cairan kenikmatan yang keluar. Seketika kulepas kondom silicon yang masih membungkus batang kontolku, dan kuminta istriku untuk merubah posisi menjadi Dogy style, salah satu posisi favoritku. Ketika kulihat istriku telah siap segera kumasukkan batang kontolku dalam lubang kemaluannya SLEEBB…. “ AAkkhhh…. “, desahnya. Kugoyang langsung dengan ritme sedang hingga akhirnya aku orgasme dan menambah becek lubang memeknya dengan spermaku.
setelah puas mengeluarkan spermaku, kubiarkan sejenak batang kontolku tetap tertanam dalam kemaluan istriku dengan harapan agar spermaku sepenuhnya dapat tertampung dalam kemaluannya, walaupun aku menyadari batang kontolku yang hanya mampu masuki lobang memeknya hanya sebatas separuh dari kedalam liang senggama istriku, namun aku hanya tetap berharap aku bisa.
benar saja, perlahan batang kontoalku mulai mengecil dan terlepas keluar dari lubang memek istriku. sesaat kontolku terlepas dari lubang memeknya kulihat spermaku turut ikut keluar dan menetes hingga ke kasur. "maaf ayah... aku tak mampu menahan sperma ayah untuk tetap diadalam memekku...", ucap istriku karena ia tau betul apa yg ku inginkan. " tak apa sayang...., bukan salah kamu kok, ayah yang tak mampu menempatkannya lebih dalam"', jawabku sambil berguling dan tidur disamping istriku yang sudah lebih dulu berbaring telungkup. Kukecup lembut keningnya dan kami memejamkan mata menikmati sisa kenikmatan yang telah kami reguk, hingga tanpa sadar kami akhirnya tertidur pulas.
**********
Pagi menjemput, perlahan kubuka mataku dan tak kudapati istriku disampingku serta samar-samar kudengar teriakan-teriakan anak kecil diluar sana “ sepertinya anak-anakku sedang riang bermain diluar sana”, pikirku.
Segera kubangkit dari pembaringanku dan melangkahkan kaki keluar dari kamarku untuk mencari dimana gerangan istriku berada. Setibanya di dapur kulihat sosok yang kucari, yaa… dialah istriku sedang terpaku di depan bak pencucian piring sedang melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang istri. “ AAkhhh…. Ayahh..”, kejutnya saat tiba –tiba kupeluk dirinya dari belakang. “ selamat pagi sayang…”, kudaratkan kecupan ringan dipipinya dan dibalas senyuman manisnya yang menawan. Tak berlama-lama segera kutinggalkan istriku yang masih sibuk dengan pekerjaannya dan kulangkahkan kakiku untuk mandi karena kurasakan lengket badanku akibat permainan kami tadi malam.
Dia yayu istriku dengan penampilannya yang menawan dan berkerudung dan banyak membuat mata lelaki tak kuasa ingin melihatnya penuh fantasy jorok. Sosok wanita yang amat solehah menurutku yang selalu membuat diriku menjadi kurang sempurna dihadapannya, namun aku amat bersyukur dapat memilikinya. Sosok yang selalu taat mengikuti setiap arahan dariku suaminya, bahkan bersedia mengikuti setiap fantasy-fantasy sex yang kumau darinya, hanya karena ingin sepenuhnya melayaniku. Namun masih ada satu fantasyku yang belum kulakukan hingga saat ini kepadanya, karena masih banyak pertimbangan yang kupikirkan dan takut menyakiti hatinya. Sebuah fantasy yang amat sangat ingin kulakukan karena itu mampu membangkitkan gairah sex ku menjadi berlipat-lipat walau masih dalam batas membayangkannya saja.
Seringkali kubayangkan istriku mendesah dalam kenikmatan bersetubuh dalam pelukan lelaki lain. Namun untuk melakukan itu pasti harus dengan persetujuan serta kesediaan istriku untuk melakukannya. Maka hingga saat ini keinginanku itu masih hanya sebatas mimpi. Entah apa yang terjadi pada diriku hingga mampu memikirkan perbuatan itu, yahh… mungkin aku sudah sakit jiwa yah mungkin saja, karena hanya orang gila yang menginginkan istrinya yang cantik, yang banyak membuat mata lelaki terkagum-kagum dengan kemolekannya, untuk dibiarkan disetubuhi pria lain. Namun sesungguhnya bukanlah karena aku rela ataupun aku gila, tapi fantasy itu ingin kulakukan semata-mata hanya unuk memberikan kepuasan pada istriku yang tak mampu kuberikan kepadanya.yahhh betull…. Aku ingin istriku puas.
Akan tetapi bukan kepada sembarang pria ingin kulakukan fantasy itu, karena istriku adalah mutiaraku, dan ia adalah sesuatu yang amat berarti dalam hidupku. Walau dapat dipastikan banyak pria yang bersedia untuk mewujudkan fantasyku itu.
********
TITO TEGUH BUDIAJI adalah salah satu rekan dekatku dan bahkan sudah kuanggap sebagai adikku sendiri, dia berstatus duda dengan satu orang putri yang kini anaknya diasuh oleh mantan istrinya. Usianya masih sangat muda 27 tahun namun berperawakan tinggi dan gagah. Istriku juga sangat senang terhadapnya dan juga mengakuinya sebagai adiknya sendiri.
Seringkali aku membayangkan istriku disetubuhi oleh Tito dan memberikan kepuasan pada istriku. Karena aku sangat mengenal pribadi Tito, ia adalah seorang yang amat penuh perhatian dan sangat penyayang. Tak jarang ia selalu memberikan kebaikan pada keluargaku, terutama kepada kedua anakku, hingga membuat istriku sangat bersimpati kepadanya. Namun memang karena mantan istrinya yang brengsek sehingga membuat umur perkawinan mereka tak berlangsung lama.
Bukan karena pribadinya saja yang membuatku tertarik padanya, namun karena aku pernah tak sengaja pernah melihat batang kemaluan Tito saat tengah asyik berbincang denganku, saat itu ia hanya menggunakan celana kolor pendek tanpa celana dalam dan tanpa sengaja dari sela lipatan celananya tampak batang kontolnya yang kulihat amat panjang dan besar walaupun kenyataannya batang kontol itu masih dala kondisi lemas.” Bussettt… itu peler gede banget..”, ledekku padanya saat itu. “ Ihhh sorry mas… kelihatan y?”, kagetnya.
“ Kayaknya gede banget itu..?”, tanyaku coba menyelidik. “ Akkhh.. enggak mass…. Biasa saja”, jawabnya.
“ Berapa panjangnya..?, pernah diukur belum?”, tanyaku penasaran.
“ pernah sihh iseng-iseng…, panjangnya kira-kira 17cm, dan diameter besarnya kira-kira 5cm mass…”, terangnya padaku. “ Wuihhh…. Mantap…”, sedikit terkejut dan membuat kami tertawa terbahak-bahak.
Kenyataan itulah yang membuat makin kuat keinginanku mewujudkan fantasy sexku terhadap istriku. Tapi hingga saat ini aku masih bingung bagaimana untuk dapat mewujudkannya.
Hingga suatu hari Tito dating berkunjung ke kediamanku siang itu pukul 14.00, aku dan istriku menyambut kedatangannya dengan suka cita karena memang sudah lama dia tidak berkunjung ke kediamanku karena kesibukannya. “ Hallo apa kabar.. orang sibuk”, tanyaku saat Tito mulai turun dari motorku dan memberikan tangannya untuk bersalaman denganku. “ orang sibuk dating niehh…”, ucap istriku turut menyambut kedatangannya.” Iyaa mass…. Mabak… maaf sudah lama tak sempat main”, jawabTito memberikan penjelasan. “ iya gpp… dimaklumi kok”, jawabku dan istriku hamper bersamaan. Akhirnya kami duduk didepan teras rumahku dan istriku segera bergegas masuk ke dalam untuk membuatkan secangkir the hangat untukku dan kopi untukku. Sesaat kami asyik berbincang-bincang saling bercerita, terutama aku mendengarkan semua cerita kegiatan Tito selama tak pernah berkunjung kerumahku. “ hayooo diminum dulu… seru amat sih ngobrolnya”, tiba-tiba istriku dating dengan membawa dua cangkir minuman hangat serta sedikit cemilan untuk teman kami berbincang. “ Owhh.. iya mbak terima kasih..”, balas Tito pada istriku.
Sudah menjadi tabiat Istriku tidak pernah turut dalam setiap perbincangan yang kulakukan kepada para tamuku hingga setelah ia meletakkan sajian istriku bergegas meninggalkan kami untuk masuk ke dalam dan fokus menemani anak-anak kami. Cukup lama kami berbincang-bincang hingga tiba saatnya kuberanikan diri untuk mengutarakan keinginanku pada Tito. “ Tito… boleh tidak Saya minta bantuanmu?”, kucoba mulai mengutarakannya. “ owhh.. iya mas, apa kiranya yang bias saya bantu mas, mungkin saya mampu”, jawabnya. “ Aku yakin kamu mampu kok… semua tinggal masalah kesdiaan kamu untuk melakukannya”, lanjutku padanya yang sedikit membuat mimic mukanya bertanya-tanya. “ kira-kira apa yah mas… penasaran saya”, ucapnya dalam bingung. Maka ku utarakan semua maksud dan tujuanku terhadap istriku kepadanya, serta kuceritakan pula tentang ketidak mampuanku untuk memberikan kepuasan kepada istriku.
Dengan perlahan dan suara yang tak terlalu keras, serta dengan menahan detak jantung yang seolah berdegup kencang ku utarakan semua kepada Tito. Kulihat kejut diwajahnya saat mendengarkan cerita serta permohonanku padanya. “ Bagaimana Tito.. Maukah kau membantuku?”, tanyaku menegaskan. “ aduuhh…. Bingung saya mas., apa tidak salah yang saya dengar ini..”, ucapnya dalam bingung. “ tidak Too.. Tidak… Kamu tidak salah dengar, mungkin bisa saja aku meminta orang lain untuk memeperkosa mbak Yayu biar Mbakyumu itu mendapatkan kepuasan…., tapi tidak mungkin itu kulakukan, karena aku paham betul tabiatnya serta itu pasti akan lebih menyakitkan hatinya, makanya aku memilih kamu untuk melakukannya..”, jelasku padanya.
“ Tapi mass…. Saya takut nanti mbak yayu membenci saya…”, jawabnya
“ Hmmm… itu artinya kamu mau, hanya saja kamu takut mbak yayu marah, dan tandanya kamu juga tertarik khan sama mbak yayu..?”, perkataanku membuat mukanya menjadi merah, mungkin dia merasa malu krn aku tau apa yg dia rasakan.
“ Jujur mass… saya memang tertarik dengan mbak yayu…., siapa laki-laki yang tak mau diper-istri olehnya, ia begitu cantik, sholehah,pengertian, dan sangat menyayangi keluarganya. Sangat berbanding terbalik dengan mantan istriku dulu”, ucapnya penuh kejujuran.
“ syukurlah… kalau memang kamu sangat menyukai mbak yayu…., Karena sex bukan hanya sekedar menuntaskan nafsu syahwat belaka, karena sesungguhnya sex itu adalah cara kita menyatukan semua perasaan yang kita miliki terhadap pasangan kita, dengan begitu kenikmatannya akan lebih terasa dalam”, jelasku padanya
saking asyiknya kami berbincang tak kusadari dari balik tirai jendela kulihat sosok istriku Yayu berkelebat meninggalkan ruang tamu saat tiba-tiba aku melirik ke arahnya. “ apakah dia mendengarkan pembicaraan ini?”, batinku bertanya-tanya. Namun aku berharap semoga ia tidak mendengar apa yang telah aku utarakan kepada Tito.
“ Bagaimana Tito… Maukah kamu membantu mas Arya?”, kembali kuminta jawaban darinya atas permintaanku padanya.
“ bagaimana yah mas… mungkin saya belum bias menjawabnya sekarang”, jawabnya.
“ Iya sudah tidak apa-apa… saya tunggu kapan saja jawabanmu, tapi sekali lagi aku mohon kamu memahami”, sekali lagi kutegaskan padanya kalau aku memang benar-benar serius.
“ serius amat sih ngobrolnya…, ngomong-ngomong kamu nginep disini tidak Too…?”, Kejut kami bersamaan karena tiba-tiba istriku keluar dan membuat kami berdua menjadi sedikit salah tingkah.
“ Owhh… Tidak mabak… saya masih ada pekerjaan, mungkin hingga besok pagi baru pulang”, jawab Tito pada istriku.
Kulihat kini pandangan Tito sedikit berbeda terhadap istriku, entah apa yang dia rasakan sebenarnya. “ jangan terlalu di porsir kalau kerja, nanti kalau sakit repot karena kamu masih sendiri belum punya istri lagi, siapa nanti yang mau ngurusin kamu”, ucap istriku sedikit member perhatian pada Tito. “ iya mbak… itupun kalau sudah lelah saya istirahat selalu kok”, jawab Tito.
Saat berbincang dengan Tito kulihat istriku tdak banyak berubah dan sikapnya seperti biasanya dia berbincang dengan Tito. “ syukurlah… berarti ia tidak mendengar semua perbincanganku pada Tito, terutama menyangkut permintaanku pada Toto”,pikirku.
Kembali kami asyik berbincang-bincang dan kini istriku turut ikut dalam obrolan seru kami hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 17:00, dan Tito akhirnya pamit dari kediaman kami untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai tenaga IT di kantornya.
“Maaf mass… berhubung sudah sore saya pamit dulu, mau langsung ke kantor ini”, pamitnya pada kami. “ Owh iyaa… tidak apa-apa khan bias disambung lain waktu”, jawabku.
“ hati-hati dijalan jangan melamun..”, tambah istriku.
“ iyaah Mbak… mass…, ya sudah saya pamit dulu Assalamu alaikum..”, serunya sambil mencium tangan kami. WA ALAIKUM SALAMM.. ucapku dan istriku bersamaan.
Sesaat Tito sudah manaiki motornya kuhampiri dirinya seraya kuberkata “ saya tunggu yah jawabannya…”,
“ Eehh… Iyah mass…”, jawabnya gugup.
Selepas kepergian Tito dari kediamanku aku kembali masuk kedalam rumahku bersama istriku dan berkumpul bersama anak-anakku. Kulihat tak ada yang berubah dari sikap istriku, dan kuyakin kalau ia memang tak mengetahui rencanaku dan Tito. Kini yang kuharapkan Tito mau mengabulkan permintaanku, sehingga aku mampu memberikan apa yang tak pernah istriku dapatkan dan tentunya juga aku bias mewujudkan fantasyku.
Hari berganti hari, dari siang dan terus menjelang malam, sudah hampir dua minggu ini aku tak pernah mendapatkan kabar dari Tito. “ apakah dia tak bisa meluluskan tawaranku”, pikirku coba menerawang. Jujur saja... saat itu rasanya aku sudah putus asa, dan mencoba mengubur dalam – dalam semua niat yang inginkan. “ Biarlah semua berjalan apa adanya...”, ratapku dengan pandangan kosong.
OMMM Titooo.....!!!! terdengar suara teriakan anak-anakku dari arah teras rumahku. “ apaa..Tito...” hatiku berkecamuk dengan perasaan tak menentu dan segera kulangkahkan kaki menuju teras rumahku. Dan benar saja saat itu sosok yang kulihat adalah Tito yg memang sedang kuharapkan kehadirannya.
“ Heeiii.... apa khabar ganteng...”, godaku padanya seketika saat melihat dia menuruni motornya.
“ Ahhh... bisa aja mass...., maaf baru bisa kesini sedang sibuk banget”, jelasnya padaku.
“ Owhh... tidak apa-apa... woles...”, gayaku mengikuti gaya anak muda jaman sekarang.
Kebetulan sekali ssat itu istriku tidak sedang dirumah, ia sedang ada urusan dengan kerabatnya dan menginap dua malam disana.
“ ayoo duduk...., mau minum apa niehh?”, tanyaku
“ Ahh... tidak usah repot-repot mas, santai aja...., ngomong-ngomong mana mbak yayu?”.
“ Mbak yayu sedang menginap di tempat kerabatnya....” jawabku
SKIP
Maaf suhu, untuk menghemat tenaga saya akan langsung masuk ke dalam intinya
Aku: “ Oke... sekarang khan kamu sudah datang kesini, bagaimana jawaban kamu tentang permintaan saya waktu lalu”.
Tito: “ hmmm... begini mass, mohon maaf sebelumnya... bukan saya menolak..., bagaimana nanti jika mbak yayu tidak mau”.
Aku: “ tenang... itu sudah kuatur... yang penting kamu bersedia khan?”, tegasku.
Tito: “ Hmm.. iy..iyaa mass... saya bersedia”. Jawab tito.
Aku: “ nahhh... begitu dong....” hatiku senang mendengar jawaannya.
Aku: “ sekarang aku ingin kamu melakukan sesuatu sebelum semua itu kita lakukan, aku ingin kamu memasang kamera kecil di setiap sudut kamarku, serta microfon super sensitif namun harus kecil juga agar tak nampak, bisa khan?”,
Tito: “ Untuk apa mas...”, jawab tito bingung.
Aku: “ akhh... Masa kamu tidak tau sih tujuanku..., sudahlah yang penting bisa kahn kamu lakukan itu?”, tegasku.
Aku: “ Ok... Malam ini kita lakukan, dan jangan lupa buat kamera itu terhubung dengan laptop milik saya”.
Tito: “ Owhhh... Ok mas, saya paham”.
Aku: “ tapi ingat yah Too... saat nanti kamu berhubungan badan dengan mbak yayu, saya harap kamu tidak bermain kasar karena ia tidak suka, dia suka yang slow... walau kadang dia sendiri acap kali tidak terkendali saat sedang sangat bergairah”. Terangku pada Tito.
Sesaat kulirik selangkangannya tampak sedikit mengembung menandakan batang kontolnya bereaksi saat kuterangkan pola permainan istriku.” Ha..Ha..Ha... baru segitu udah ngaceng dia, bagaimana nanti dia lihat istriku nungging”, tawaku dalam hati.
Tito: “ Owhh... iya mas, saya paham”, Tito mengangguk tanda paham dengan apa yang kujelaskan.
Akhirnya malam itu kami berdua mempersiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan, memasang semua kamera pada setiap sudut kamarku, bahkan kamar mandikupun tak luput kupasangi kamera. Hingga 24 jam persis kami bedua bekerja dan hingga akhirnya kami selesai.
Bersama Tito kucoba test hasil gambar dari kamera yang terpasang, bahkan pada kondisi mati lampu aku mencobanya, dan hasilnya sangat memuaskan, hasil gambar pada kondisi gelappun masih terbilang sangat jelas bahkan suara kecilpun terdengan sangat jelas. “ mantaaapp...”, uajarku pada tito yang disambutnya dengan senyum saja.
Alat sudah terpasang, baik kamera maupun microfon, kini aku beritahukan bagaimana siasat kami untuk melakukan eksekusi terhadap istriku. Namun tak kusadari saat itu niat untuk memberikan kepuasan terhadap istriku sepertinya lebih kecil ketimbang niatku untuk melihat istriku disetubuhi oleh pria lain. Siasat kami rancang berdua, dengan harapan tidak ada kegagalan dalam eksekusi ini. Dan hasilnya kami sudah mendapatkan siasat yang jitu menurut kami. “ Mass... aku pakai kondom tidak?”, tiba-tiba Tito bertanya sesuatu yang memang menurutku sangtlah penting. “ Kalau masalah itu sepertinya kamu jangan pakai kondom karena mbak yayu tidak suka rasanya”, jelasku. “ Tapii... bagaimana kalau nanti keluar di dalam memek mass...?”, menegaskan. “ saya rasa kamu sudah cukup mampu menahannya dan buang diluar khan, bukannya kamu jg sudah berpengalaman”. Jawabku dibalas dengan anggukan Tito.
Dua hari sudah berlalu sejak kepergian istriku dan sebetar lagi sepertinya ia akan kembali pulang, dan Tito memang masih menginap dirumahku karena dia mengambil cuti selama 3 hari.
“ Assalamu alaikum....” tiba-tiba suara istriku terdengar.
“ Wa alaikum salam...”, jawabku serentak bersamaan dengan Tito.
“ Ehh.. ada kamu Too..., sudah lama?”, sapa istriku pada Tito sambil meraih tanganku dan melakukan salam.
“ Sudah dua hari mbak....” jawab tito.
“ Owhhh... tumben...”, jawab istriku sedikit heran, dan kulihat ada seraut gari s wajah mencurigakan darinya.
“ Iya mbak... lagi bete aja dirumah....” jelas Tito sedikit salah tingkah.
“ owhhh... yowis dilanjutt...”, ucap istriku dan berlalu meninggalkan kami berdua.
Selepas istriku pergi meninggalkan kami, aku berbisik pada Tito, “ ntar kalau mbak yayu mandi kita coba kamera yang terpasang di kamar mandi,Ok!”, bisikku pada Tito yang dibalasnya dengan wajah terkejut lucu menurutku.
Benar saja tak lama kemudian kulihat istriku memasuki kamar mandi, dan kami bergegas mamasuki kamar anak-anak dan menyalahkan laptop untuk menghubungkan kamera yang terpasang pada kamar mandi. Seketika tampak pada layar monitor laptopku, istriku sedang membuka satu-persatu pakainnya hingga akhirnya pakaian terakhirnya, yaitu celana dalam dan penutup payudaranya. Kulihat Tito sangat tertegun dengan pemandangan yang ia lihat, ia tampak begitu fokus memperhatikan layar dan meng ekpose semua lekak lekuk tubuh istriku.
“ Bagaimana... mantap tidak?”, ucapanku membuatnya terkejut dan malu.
“ Mantaap mass...., jujur baru kali ini saya melihat tubuh indah seperti ini”, ucapnya tanpa sadar.
“ bagaimana dengan Rini mantan istrimu?”, tanyaku ingin tau.
“ wahhh... jauh mass... jauhh...”, jawabnya membandingkan.
Padahal yang kutau mantan istrinya juga lumayan cantik dan sexy, dan juga masih sangat menginginkan untuk Tito kembali rujuk padanya. Namun entah kenapa Tito tidak menghendaki rujuk kembali padanya.
“ Hmmm... udah ngaceng aja tuhh si otong...”, ledekku.
“ Ihhh... iya mass... habis mbak yayu begitu menggoda”, jawabnya malu-malu.
“ Anggap aja ini pemanasan yahh...” lamjutku.
Kemudian dengan seksama kami berdua memperhatikan istriku mandi hingga selesai. Tak ada yang aneh pada saat istriku mandi, dan ia tidak melakukan hal yang macam-macam semua berjalan normal seperti biasanya orang lain melakukan mandi. Berbeda sekali dengan dugaanku yang selama ini kukira istriku suka melakukan masturbasi dalam kamar mandi, dan ternyata itu salah.
Kulihat istriku akan segera keluar dari kamar mandi, maka kami berdua segera keluar dari kamar anak-anakku karena takut ketahuan oleh istriku dengan sebelumnya mematikan semua perangkat yang ada. Kembali kami duduk-duduk santai di ruang televisi dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun.
Saatnya kami makan malam bersama penuh riang dan gurauan-gurauan ringan, dan Tito sesekali bercanada dengan anak-anakku. “ Ibu lama amat sihh perginya... khan ayah kangen”, ledekku disela-sela kami sedang makan malam. “ Kenapa sih yahh... khan hanya dua hari saja, kecuali satu bulan aku pergi, baru ayah boleh deh ngomel..”, jawab istriku kembali meledek.
“ Ahh ibuu..., ntar kalau adik ayah kangen bagaimana?”, jawabku sambil melirik ke arah selangkanganku.
“ Khan masih ada hand body...”, jawab istriku dan membuat kami bertiga menjadi tertawa riang.
Selasai bersantap malam kami semua bersantai di ruang keluarga dan saling bercengkrama, saling bercerita tentang pengalaman kami, dan bersenda gurau hingga menimbulkan gelak tawa diantara kami.
Tak tersa hari sudah semakin malam, waktu sudah menunjukkan pikul 22:00, seketika aku mengajak istriku untuk beristirahat untuk tidur di kamar kami. Masing – masing dari kami akhirnya pergi beranjak melangkah ke kamar kami. Tito menuju ke kamar tamu yang sudah kami sediakan, sedangkan aku dan istriku melangkah menuju kamar kami.
Saat kami hendak menuju kamar kami masing-masing sempat ku berikan sinyal pada Tito berupa tanda oke dengan jariku yang bertanda malam ini siap melakukan eksekusi terhadap istriku. Tito membalasnya dengan sedikit menganggukkan kepala sembari berjalan menuju kamarnya.
Dilanjut lagi nanti ya para pembaca setia...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar